Posts

Showing posts from 2014

Cinta itu, KAMU ...

Sekiranya cinta melukis bahagiamu malam ini, Aku inginkan ia setia Mendampingimu di setiap jejakmu Menjagamu dari setiap luka yang coba mengecupmu. *** Kalau sampai hari ini aku masih juga berharap kau akan datang dengan cintamu untukku, itu semua karena aku memang masih menunggumu. Ini memang di luar batas logika, atau malah di luar batas nalar. Tapi biar saja, aku melakukannya sampai kaki dan hatiku benar – benar tak mau lagi berpihak kepadaku. *** Cinta bisa jadi apa saja. Cinta bisa berbalas, kadang juga tak terjawab. Cinta menyebabkan luka, tetapi ia juga yang meredakannya. Cinta yang sama, cinta yang menjelma dalam diri kita. Cinta itu aku. Cinta itu kamu. Cinta itu kita. Cinta itu, kamu

Sunyi - Tanya - Ilusi

Sunyi Ia tak mengerti mengapa ia begitu dipeluk sepi meremasnya hingga belulangnya seakan remuk. Ia tak mengerti mengapa cinta tak lagi menyelamatkannya. Ia tak mengerti mengapa kini sunyi menonjok ulu hatinya. Ia tak mengerti mengapa jantungnya membeku lalu jatuh berkepingan di tanah. Ia tak mengerti mengapa kayu bisa sekejap berubah jadi arang. Ia tak mengerti. Ia hanya bisa menangis sambil terus tak mengerti Tanya Bagaimana bisa kau tak terluka, padahal tanganmu merogohku paksa dari hatimu lewat tenggorokanmu, lalu menjejalkan semuanya kembali ke kerongkonganku? Bagaimana bisa kau tak terluka, padahal aku begitu perih? Ilusi Seperti halnya bulan dan mayapada, jarak aku dan kamu ilusi. Hanya sampai mata, tak kunjung peluk Hanya sampai angan, tak juga nyata.

Telah aku kembalikan kebahagiaanmu

Untukmu yang tercinta ... Hai yang manis di sana, bagaimana kabarmu?  Aku sangat merindukanmu, setelah sekian lama kita tidak berbagi cerita. Aku masih di sini.. Masih tetap mencintaimu Masih dengan cinta yang sama saat sebelum kamu perlahan-lahan pergi menjauh dariku Masih dengan harapan yang sama, berharap kamu segera kembali Masih dengan jiwa yang sama, yang kosong tanpa kehadiranmu. Jika saja bisa.. Aku masih ingin berada di sisi mu, mengisi hari-harimu Jika saja bisa.. Aku masih ingin menjadi satu-satunya pusat perhatianmu Jika saja bisa.. Aku masih ingin terus bersamamu Tapi kini kamu telah temukan kebahagiaan barumu Bersamanya kamu selalu bahagia, bersamanya hidupmu jauh lebih berwarna. Aku mengerti jika aku membosankan, tapi aku di sini, dengan caraku selalu mencoba menghiburmu. Hingga pada akhirnya aku sadar, jika perasaan setiap manusia tidak bisa dipaksakan Aku mengerti, sekeras apapun aku berusaha,...

Baru memulai

Jika memang tak ada rasa dan tak berniat menyakiti, kenapa harus pergi? Bukankah kita seharusnya biasa saja? Tetap menghirup udara yang sama, tetap berjalan di bawah langit yang sama, meski tak lagi saling bercerita soal hati. Kenapa kau memilih untuk tidak memilihku? Kenapa akhirnya kau berniat menjauh? Mari kita bicarakan baik baik. Pelan pelan saja. Karena aku manusia biasa, tak semua hal bisa ku mengerti hanya dengan kode-kode yang kau berikan. Ada baiknya kita saling membuka pikiran, bicarakan apa maumu, agar kau tak pergi dan berlalu begitu saja. Tanpa kau tahu, pergimu membawa sesuatu yang tertanam di dadaku. Sesuatu yang belum ku paham apa namanya. Tapi yang terasa hanya sesak di dada. Saat ku tahu kabarnya kau akan pergi menjauhiku, pergi meninggalkan hal yang baru saja ingin ku besarkan. Sesuatu yang tumbuh di dada dan kuniati untuk dijaga. Tenanglan pikiranmu. Jujur saja, aku tak bermaksud merayumu. Apalagi membuatmu merasa terpaksa untuk memahamiku...

Untuk sebuah hati

Saat perasaan dua insan bertemu, saat itulah aku belum menyadari atas apa arti takdir sebenarnya. Aku bukan seorang penakut untuk mencari tahu. Namun, sebuah penghalang besar menghadangku, membuatku ragu untuk melangkah. Aku takut cinta lain yang menahanku, membuatku harus terus melihat ke belakang. Namun, aku tahu tatapanmu adalah sebuah isyarat bagiku untuk maju, tapi langkahku terhenti saat menyadari siapa diriku. Aku hanya sebutir pasir, kau bintang terindah di alam semesta. Kita seharusnya tidak bertemu. Ini kesalahan fatal dari sebuah takdir. Tapi, kenapa semua ini terjadi? Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Apa aku hanya bisa diam? Diam di tempat dan tidak pernah maju? Untuk sebuah hati. Aku akan mencari tahu tentang perasaan ini dan aku akan menjaganya. Untuk sebuah hati yang terbuat dari kristal yang amat indah. Meskipun aku tidak bisa menggapaimu, kau akan tetap di hatiku.

Filosofi Ilalang

Ilalang adalah hamparan yang selalu tumbuh. Akarnya bergerilya di dalam tanah, membentuk jalinan yang kuat, memunculkan harapan baru di setiap tempat beribu alamat. Dari tanah hingga sela bebatuan, dari hutan sampai celah peradaban. Ia tumbuh dalam segala cuaca, bertahan dari keganasan alam. Kerimbunan ilalang memendam sebuah semangat hidup. Batangnya meliuk-liuk ketika hempasan angin mendera. Ilalang yang sedang tertiup angin, sekeras apa pun angin yang menerpanya, sesegera mungkin dia berusaha untuk tegak kembali setelah tiupan anginnya berhenti. Sekarang, ibaratkan ilalang itu adalah pribadi seseorang dan angin adalah problematika kehidupan. Seberat dan sekeras apa pun cobaan, masalah, musibah yang berdiri dan selalu teguh, tidak patah arang dalam menjalani kehidupan.

Dandelion

Dandelion tidak tumbuh sebagai bunga yang hidup di taman-taman hias seperti bunga lain, tetapi bersembunyi di balik ilalang yang sering tidak dipedulikan oleh orang lain. Dandelion tidak secantik mawar ketika mekar, tidak secerah bunga matahari yang bersinar, tetapi dandelion berwarna putih, memberi kesan pada dirinya yang tampak anggun dan tenang dari luar. Dandelion tumbuh dengan sendirinya, tak butuh tangan siapapun untuk memupuki, tak butuh air dari tempayan untuk menyiramnya. Dia bahkan menerimanya langsung dari langit. Dandelion tumbuh tegak di antara ilalang yang mulai menguning. Tapi dia tidak akan mampu melawan angin yang terus berembus menerbangkan kelopaknya dan mengubahnya menjadi suatu batang yang tegak.      Dandelion bergerak setia mengikuti arah angin. Dandelion itu bebas, tak satupun tahu keberadaannya, tak satupun tahu ke mana arah serabut kelopaknya yang halus itu terbang, terbang jauh ke sana. Ketika angin meniupnya pergi, itu bukan a...