Baru memulai
Jika memang tak ada rasa dan tak berniat menyakiti, kenapa harus pergi?
Bukankah
kita seharusnya biasa saja? Tetap menghirup udara yang sama, tetap
berjalan di bawah langit yang sama, meski tak lagi saling bercerita soal
hati.
Kenapa kau memilih untuk tidak memilihku? Kenapa akhirnya kau berniat menjauh?
Mari
kita bicarakan baik baik. Pelan pelan saja. Karena aku manusia biasa,
tak semua hal bisa ku mengerti hanya dengan kode-kode yang kau berikan.
Ada baiknya kita saling membuka pikiran, bicarakan apa maumu, agar kau
tak pergi dan berlalu begitu saja. Tanpa kau tahu, pergimu membawa
sesuatu yang tertanam di dadaku. Sesuatu yang belum ku paham apa
namanya. Tapi yang terasa hanya sesak di dada. Saat ku tahu kabarnya kau
akan pergi menjauhiku, pergi meninggalkan hal yang baru saja ingin ku
besarkan. Sesuatu yang tumbuh di dada dan kuniati untuk dijaga.
Tenanglan
pikiranmu. Jujur saja, aku tak bermaksud merayumu. Apalagi membuatmu
merasa terpaksa untuk memahamiku. Tapi kita baru saja memulai, kenapa
kau berniat pergi dan menjauhiku? Kenapa kau malah ingin meninggalkan
apa-apa yang baru saja tersemat di dadaku? Aku sudah berniat memastikan
hati, dan seharusnya kau tak membiarkannya mati membusuk setelah kau
pergi.
Jika kau berkenan, duduklah sejenak di sampingku.
Beri aku waktu membiasakan diri untuk memenuhi inginmu. Jangan cepat
cepat pergi, karena aku bukan penjahat yang akan menyakitimu. Meski
bukan manusia terbaik, tapi salahkah bila aku bermaksud baik untuk
menseriusimu dan untuk memahamimu lebih lama lagi? Kita baru mulai,
baru sejenak bersama. Jangan biarkan ini hanya menjadi kenangan yang
akhirnya hanya menjadi kenangan sia-sia. Sabarkan dadamu, tenangkan
egomu. Jika aku yang salah, katakanlah, agar aku berubah. Kita masih
akan tetap baik-baik saja. Aku percaya, kamu mengerti maksudku.
Comments
Post a Comment