Dandelion

Dandelion tidak tumbuh sebagai bunga yang hidup di taman-taman hias seperti bunga lain, tetapi bersembunyi di balik ilalang yang sering tidak dipedulikan oleh orang lain.

Dandelion tidak secantik mawar ketika mekar, tidak secerah bunga matahari yang bersinar, tetapi dandelion berwarna putih, memberi kesan pada dirinya yang tampak anggun dan tenang dari luar.

Dandelion tumbuh dengan sendirinya, tak butuh tangan siapapun untuk memupuki, tak butuh air dari tempayan untuk menyiramnya. Dia bahkan menerimanya langsung dari langit.

Dandelion tumbuh tegak di antara ilalang yang mulai menguning. Tapi dia tidak akan mampu melawan angin yang terus berembus menerbangkan kelopaknya dan mengubahnya menjadi suatu batang yang tegak.


     Dandelion bergerak setia mengikuti arah angin. Dandelion itu bebas, tak satupun tahu keberadaannya, tak satupun tahu ke mana arah serabut kelopaknya yang halus itu terbang, terbang jauh ke sana. Ketika angin meniupnya pergi, itu bukan akhir dari segalanya, tapi awal hidupnya yang baru karena berkas berkas dandelion yang terlihat rapuh sebenarnya kuat dan ditiup angin untuk menciptakan kehidupan baru.
     Berkas dandelion itupun tak lagi menoleh ke belakang, tapi berjuang untuk hidup barunya. Ia, menghargai penghargaan sang penciptanya, dengan senantiasa bersedia ditiup angin, dan tetap liar di tepi jalan.
     Suatu saat, dandelion itu akan menemukan tempatnya dan ia akan tumbuh kembali sebagai bunga yang cantik meskipun setiap kali angin akan menggugurkannya dan ilalang menyembunyikannya di senja.

Comments