Posts

Showing posts from 2017

Cerpen "Perjuangan Sang Juara"

Menjadi seorang pemain basket profesional adalah mimpiku sejak remaja. Aku berasal dari keluarga yang ekonominya masih kurang dan tinggal di rumah yang sederhana. Aku tidak memiliki sepatu atau apapun yang bisa kupakai untuk bermain basket. Tetapi inilah tantangan untukku dan memulai perjalanan menjadi sang juara. “Dheo, cepat antarkan baju ini ke rumah tantemu.” suruh ibu. “Iya bu,” sahutku. Aku bergegas mengantarkan baju itu ke rumah tanteku. Saat pulang dari mengantarkan baju, aku bertemu dengan sahabat karibku, Sutan. Sutan adalah teman dekatku sejak di bangku SD. Dia adalah pemain basket yang terkenal hebat dengan teknik basket yang bisa dikatakan luar biasa di sekolahku. Dia juga menjadi kapten tim basket sekolah SMAku. “Hay Dheo, Mau kemana lo ?” sapa Sutan. “ Gue mau balik ke rumah nih, baru selesai nganter baju ke rumah tanteku.” sahutku kepada Sutan “Dheo, gue mau ke lapangan basket sekarang, lo mau ikut ngga?” tanya Sutan lagi. “Oke. Yuk cap-cus sekarang...

Tentang Apa, Mengapa, Siapa, dan Bagaimana

Adalah tentang apa, mengapa, siapa, bagaimana lalu akhirnya di antara kisah naik turun jatuh bangun tawa tangis yang sudah terpampang luas di antara batas saya dan anda saat ini, inginkah puan mendengarnya? Tentang apa, apa sebenarnya kita ini? Ya saya dan anda adalah turunan adam hawa yang punya takdir seperti ilalang. Tak rindang namun cukup tentram, spot terbaik untuk mengabadikan momen kebersamaan. Tentang apa yang sudah terjadi selama bertahun-tahun lamanya, saya hanya menjadi hutan pelarian sang ratu. Tentang apa yang sudah berkali-kali terjadi dengan cerita yang sama. "Aku hutan terlarang yang selalu kau datangi saat hujan datang, daunku yang rindang cukup untuk meneduhkan kembali ..." Lalu tentang mengapa, mengapa takdir ini begitu sinis terhadap saya dan anda? Saya hanya takut tidak mampu lagi menghapus setiap tetes air mata yang jauh dari mata sang puan, saya takut tak bernyawa lagi untuk melakukan fungsi saya biasanya. Kini hal mengapa, begitu sinis juga p...

00:00

Apapun yang terjadi kepada kalian selanjutnya, kamu harus bersyukur bahwa itu terjadi. Seburuk apapun hidupmu sekarang - entah itu karena dia atau bukan - kamu harus ingat bahwa kemarin, dialah orang yang secara tidak langsung menunjukkan kepadamu bahwa organ imaginer bernama hati itu tak bisa kamu paksa untuk menjadi mati rasa. Sekeras apapun kamu berusaha untuk membuatnya mati rasa, sekeras itulah ia membuktikan bahwa usaha itu menyakitkanmu. Membuatmu cocok dengan kata miserable. Istilah menutup pintu hati itu nggak terlalu tepat. Setidaknya, di hidup kita. Kita hanya pandai menyangkal, itu saja. Kamu nggak sehebat itu sampai bisa membeli pintu dan meletakkannya di hatimu, lalu membuka tutup seenaknya. Ada satu kalimat yang pernah aku baca di sebuah artikel di internet. Aku nggak ingat seluruhnya, yang aku ingat hanya istilah ini: mencintailah dengan bijaksana. You know how people say, falling in love feels amazing but terrifying at the same time. And i know why is it ...

Satu hati

Aku benci mereka yang menuliskan cerita cinta yang tidak adil. Tuhan juga sering berlaku tidak adil. Makanya, aku ingin menuliskan ceritaku sendiri. Sebab aku punya mimpi. Mimpi tentang dunia yang adil. Di dunia itu, suatu hati hanya boleh merindukan satu hati lainnya. Kata cinta juga hanya boleh diucapkan ke satu hati saja. Satu. Hati. Saja. Tidak lebih. Bukan dua, tiga, atau empat hati lainnya. Hanya satu hati untuk satu hati. Tidak boleh melenceng. Tidak boleh selingkuh. Satu hati hanya boleh bersandar pada hati pasangannya. Supaya dunia menjadi lebih adil. Dan tiada lagi hati lain yang menjadi korban.