Still ..
“Tetaplah seperti ini
saja, ada jarak antara saya dan kamu. Agar kita bisa saling menyapa, tanpa
harus ada yang terluka”.
Seharusnya ada pepatah yang berkata; jika cinta cukup saya yang rasa
dan kamu yang peka, agar semuanya tak menjadi rumit, dan tak akan ada istilah
cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Seharusnya ada pujangga yang mengemukakan; yang namanya cinta tak usah
diucap, tak usah dikata, hanya perlu diekspresikan, agar semuanya lebih
sederhana, lebih mudah, dan lebih ringkas untuk saya dan kamu menjadi kita.
Seharusnya ada sejarah yang menyatakan dan membuktikan; bahwa cinta
memang tak harus saling memiliki, agar setiap orang yang belum mendapat
cintanya bisa lebih bijaksana, bisa lebih menunggu dengan sabar lagi, dan
merasa bahwa dia tak pernah sendiri. Cinta tak harus memiliki raganya kan? Cukup
dijaga, lalu dirasa. Orang bilang, jika melihat seseorang yang kita sayang
bahagia, kita akan bahagia. Benar begitu? Biasa memang. Tapi apa adanya.
Saya tak perlu mengucap. Saya hanya diam, hanya merasa, agar keadaan seperti biasa. Keadaan bisa dikendalikan. Tak ada rasa janggal dan sangsi
di antara saya dan kamu. Lagi pula, tak ada yang merasa sakit kan? Karena hanya
saya yang rasa, tak ada yang lain.
Biarpun saya harus menghabiskan seluruh waktu saya untuk berdiam, lalu
menunggu, akan saya lakukan, asalkan kita tetap seperti ini. Bisa saling sapa,
bisa saling tatap. Tak ada pengakuan yang mungkin bisa membuat nyeri, dan tak
ada penolakan yang mungkin bisa membuat hati remuk, dan terpaksa untuk mengubur
rasa lebih dalam lagi.
Tetaplah seperti ini, ada angin di antara kita. Dan mencoba menutup mata, lalu berpura pura tak pernah ada rasa.
Saya bukannya munafik, naif, bahkan pengecut. Sekalipun karena mengelak dan tak mau mengakui semua rasa yang timbul. Hanya saja saya belum siap, dan mungkin tak akan pernah siap jika harus mengorbankan keadaan yang mungkin tak akan pernah saya dapatkan lagi nantinya untuk kedua kalinya.
Apa ada yang bisa menjamin jika semuanya baik-baik saja dan akan
selalu baik-baik saja jika dia tau tentang apa yang saya rasakan? Apa keadaan
nantinya akan membaik, lalu saya dan dia menjadi kami, seperti yang sebenarnya
pernah saya harapkan?
Saya tidak mau membuat keadaan yang seharusnya wajar menjadi rumit. Saya tak akan pernah merusak hal ini. Kedekatan antara kamu dan saya tanpa status yang tak lebih dari kata formalitas. Saya sadar, dan saya menerima bahwa kita berdua, khususnya saya tak akan pernah bisa berbagi pelukan, meskipun hanya untuk pengurang beban. Ya kerena memang tidak digariskan.
Saya tidak mau membuat keadaan yang seharusnya wajar menjadi rumit. Saya tak akan pernah merusak hal ini. Kedekatan antara kamu dan saya tanpa status yang tak lebih dari kata formalitas. Saya sadar, dan saya menerima bahwa kita berdua, khususnya saya tak akan pernah bisa berbagi pelukan, meskipun hanya untuk pengurang beban. Ya kerena memang tidak digariskan.
Saya tetaplah seperti ini, tak ada kedekatan yang berarti di antara kita. Dunia masih terus berputar dan berotasi dengan keadaan saya yang menyimpan rasa, dan dia yang tak peka. Belum peka mungkin.
Let it flow. Seperti air yang mengalir tanpa hambatan, tanpa batas, hingga menemui muaranya, menemui endingnya. Kalaupun nanti digariskan, pasti ada jalan yang mudah untuk saya dan dia berada dalam satu jalur. Menduduki sebuah alur cerita yang utuh.
Comments
Post a Comment