Cerpen "Cinta Di Akhir Nada"
Matahari mulai memanas dan keringat mengucur di dahiku. Kenalin, nama gue Gilang Ragil Ramadhan, gue suka nyanyi and i'm singer. Gue punya pacar namanya Alika.
***
Masih 3 lagu yang belum gue bawain, tapi gue ga sanggup lagi buat berdiri. Akhirnya gue paksain raga ini untuk menghibur ribuan orang. Dan akhirnya acara ini pun selesai.
Sampai di rumah, gue langsung terkulai lemas menunggu saat menutup
mata. Akhirnya gue pun tertidur. Kicauan burung di pagi itu membangunkan gue. Gue merasakan cacing perut ini berdemo ingin diberi makanan. Lalu gue pun
berjalan langkah demi langkah menuju meja makan.
Betapa terkejutnya gue melihat meja makan yang penuh dengan makanan. “Siapa yang memasaknya?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba muncul sosok wanita berambut panjang berbaju putih muncul di balik pintu dapur. Dan ternyata adalah pacar gue .
Dia adalah Alika, wanita yang sangat gue sayang. Penyabar, jujur, perhatian dan setia adalah sifatnya. Banyak lagu yang gue ciptain karena terinspirasi darinya. Dari bidadari yang hinggap dihati gue dan menjelma sebagai kekasih dalam hidup gue.
Betapa terkejutnya gue melihat meja makan yang penuh dengan makanan. “Siapa yang memasaknya?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba muncul sosok wanita berambut panjang berbaju putih muncul di balik pintu dapur. Dan ternyata adalah pacar gue .
Dia adalah Alika, wanita yang sangat gue sayang. Penyabar, jujur, perhatian dan setia adalah sifatnya. Banyak lagu yang gue ciptain karena terinspirasi darinya. Dari bidadari yang hinggap dihati gue dan menjelma sebagai kekasih dalam hidup gue.
“Sejak kapan kamu disini?”, tanya gua
“Sejak kamu masih tidur.”, jawabnya dengan senyuman manis
“Kenapa kamu ga ngebangunin aku?”, tanya gue
“Aku lihat kamu begitu lelah dan menikmati tidur kamu, jadi aku ga mau ganggu tidur kamu”, jawabnya
Karena cacing perut gue ini meronta-ronta, gue lahap roti keju yang ada di hadapan gue. Alika melirik dengan senyuman .
“Lapar ya?”, tanya Alika dengan nada manja .
“Ho’oh”, jawab gue dengan menganggukkan kepala .
“Lapar ya?”, tanya Alika dengan nada manja .
“Ho’oh”, jawab gue dengan menganggukkan kepala .
Sesaat kemudian, aku mendapat telepon dari produser untuk menghadiri
meeting dengannya. Padahal di hari itu juga gue udah janji sama Alika buat menemaninya pergi ke rumah orang tuanya di Bandung. Akhirnya
rencana itu pun pupus sudah dan Alika tidak jadi pergi ke Bandung karena gue harus meeting dan menggarap project dengan produser. Gue pun
berjanji pada Alika bahwa bulan depan gue akan menemaninya ke Bandung.
Setiap malam gue ciptain lagu buat mempersiapin album baru gue yang akan dirilis bulan depan. Sehingga waktu luang gue ini habis hanya untuk membuat lagu dan waktu untuk Alik menjadi terbelakangi. Setiap kali Alika mengajak gue bertemu gue selalu mengelak dengan alasan pekerjaan.
Tak terasa sudah tiga minggu gue ga ketemu sama Alika. Rasa rindu tumbuh subur dihati. Tetapi saat gue ketemu sama Alika, sifatnya sedikit berubah. Dia tampak pendiam dan lebih pasif. Tidak seperti biasanya yang periang dan murah senyum. Mungkin dia agak marah karena gue terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hal itu gue ga anggap serius.
Sehari sebelum launching album, produser mengadakan meeting dan diakhiri dengan check sound. Hari yang gue tunggu akhirnya tiba. Gue berharap launching album ini berjalan seperti yang gue inginkan dan album yang gue garap meledak dipasaran.
Di awal acara aku mendapat telepon dari Alika yang menagih janji untuk menemaninya pergi ke Bandung. Akhirnya gue putusin agar Alika berangkat sendiri dan gue akan nyusul besok pagi. Tanpa jawaban, Alika langsung memutus telepon. Hal itu ga gue anggap serius lagi. Dan acara ini pun berjalan sukses.
Tiba-tiba ada kabar yang menyebutkan bahwa Alika telah mengalami kecelakaan lalu lintas. Gue pun langsung bergegas menuju rumah sakit. Tetapi kedatangan gue ini udah terlambat. Alika terlebih dahulu pergi sebelum gue datang.
Air mata jatuh terurai saat melihat sosok yang gue sayang telah terbujur kaku di hadapan gue. Wajahnya seolah tersenyum menyambut kedatangan gue. Menyambut kedatangan orang yang ga punya mata hati.
Dan gue lihat secarik kertas di samping tubuh Alika yang ternyata adalah pesan terakhirnya . Dalam pesan itu Alika menulis tiga kata yang membuat gue sangat menyesal. "Kutunggu Kau Disana" itulah pesan yang ditulis Alika sebelum ia pergi ke Bandung. Ternyata dia sudah merasakan apa yang akan dia alami.
Mungkin, batu nisan ini memisahkan dunia kita. Namun dirimu akan selalu ada di hidupku. Menemani dalam setiap detak jantung hingga merasuk dalam palung jiwa. Penyesalan yang selalu datang takkan membuatmu kembali. Namun aku yakin kau telah bahagia di singgasana surga .
Maafkan aku Alika.
Setiap malam gue ciptain lagu buat mempersiapin album baru gue yang akan dirilis bulan depan. Sehingga waktu luang gue ini habis hanya untuk membuat lagu dan waktu untuk Alik menjadi terbelakangi. Setiap kali Alika mengajak gue bertemu gue selalu mengelak dengan alasan pekerjaan.
Tak terasa sudah tiga minggu gue ga ketemu sama Alika. Rasa rindu tumbuh subur dihati. Tetapi saat gue ketemu sama Alika, sifatnya sedikit berubah. Dia tampak pendiam dan lebih pasif. Tidak seperti biasanya yang periang dan murah senyum. Mungkin dia agak marah karena gue terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hal itu gue ga anggap serius.
Sehari sebelum launching album, produser mengadakan meeting dan diakhiri dengan check sound. Hari yang gue tunggu akhirnya tiba. Gue berharap launching album ini berjalan seperti yang gue inginkan dan album yang gue garap meledak dipasaran.
Di awal acara aku mendapat telepon dari Alika yang menagih janji untuk menemaninya pergi ke Bandung. Akhirnya gue putusin agar Alika berangkat sendiri dan gue akan nyusul besok pagi. Tanpa jawaban, Alika langsung memutus telepon. Hal itu ga gue anggap serius lagi. Dan acara ini pun berjalan sukses.
Tiba-tiba ada kabar yang menyebutkan bahwa Alika telah mengalami kecelakaan lalu lintas. Gue pun langsung bergegas menuju rumah sakit. Tetapi kedatangan gue ini udah terlambat. Alika terlebih dahulu pergi sebelum gue datang.
Air mata jatuh terurai saat melihat sosok yang gue sayang telah terbujur kaku di hadapan gue. Wajahnya seolah tersenyum menyambut kedatangan gue. Menyambut kedatangan orang yang ga punya mata hati.
Dan gue lihat secarik kertas di samping tubuh Alika yang ternyata adalah pesan terakhirnya . Dalam pesan itu Alika menulis tiga kata yang membuat gue sangat menyesal. "Kutunggu Kau Disana" itulah pesan yang ditulis Alika sebelum ia pergi ke Bandung. Ternyata dia sudah merasakan apa yang akan dia alami.
Mungkin, batu nisan ini memisahkan dunia kita. Namun dirimu akan selalu ada di hidupku. Menemani dalam setiap detak jantung hingga merasuk dalam palung jiwa. Penyesalan yang selalu datang takkan membuatmu kembali. Namun aku yakin kau telah bahagia di singgasana surga .
Maafkan aku Alika.
~End~
By : @Zih_R
Comments
Post a Comment